Rabu, 28 Oktober 2015

Kisah Peterjun ‘Gila’ dari KKO

Ilustrasi - Free Fall dari Kopral KKO Eddies dan Prako Soebekti

S
ekitar bulan Mei dan Juni 1966, Korps Komando Operasi (KKO) yang kini berganti nama menjadi Korps Marinir TNI AL telah mengirim beberapa calon Free Fall Jumper ke SPKAD Batujajar guna mengikuti pendidikan terjun bebas. Tetapi di sana tidak cukup tersedia fasilitas bagi calon peterjun bebas dari KKO AL sehingga terpaksa mereka kembali ke Surabaya sambil menunggu kesempatan-kesempatan berikutnya.

Pada saat menunggu itulah, 2 orang calon peterjun bebas yakni Kopral KKO Eddies dan Prako Soebekti mengambil inisiatif sendiri merintis penerjunan bebas tanpa guru.

Dengan ketekunan dan keyakinan yang penuh dan resiko, mereka belajar dari pengalaman atau lebih tepatnya belajar dari nalurinya sendiri sehingga akhirnya mereka berhasil terjun bebas dari ketinggian 3000 kaki dengan hanya memakai Payung tipe D1 buatan USSR (saat ini Rusia).

Konon kabarnya, Rusia sendiri yang menciptakan dan membuat payung tersebut tidak pernah menggunakan dan merencanakan bahwa payung tersebut akan dipakai untuk terjun bebas.

Masyakarat umum memberikan julukan Penerjun Alam KKO AL, tetapi kolega-koleganya memberi julukan sebagai “Manusia Gila dari Gunung Sari” yang mengandung pengertian penuh kebanggaan sebagai anggota Korps yang dicintainya.

Demikian kedua Pioneer terjun bebas ini telah mengadakan latihan sendiri hampir satu bulan penuh. Pada waktu wisuda Para Angkatan ke VI tahun 1966, kedua peterjun bebas alam tersebut mendapatkan kehormatan mendemonstrasikan ketangkasan secara resmi di Gunung Sari.

Pada wisuda Para ke VII tahun 1966 yang dilakukan di Tuban Denpasar, kedua penerjun bebas alam KKO AL itu melakukan demonstrasi bersama penerjun-penerjun bebas lainnya dari Angkatan Darat (SSPKAD) dan AURI (Margahayu).

Pada Penerjunan yang ketiga kalinya pada wisuda Para Angkatan ke VIII di lapangan Terjun Gunung Sari, penerjun bebas KKO AL bertambah 1 orang lagi yaitu Prako Suratman sebagai hasil belajar sendiri. Pada saat itu pula Panglima KKO Letjen KKO Hartono yang bertindak sebagai Irup menyampaikan surat penghargaan atas nama Korps kepada ketiga Penerjun Bebas KKO AL tersebut atas jasa-jasanya dalam menjunjung tinggi kehormatan Korps.

Pada bulan September 1966 dibukalah Pendidkan Free Fall I yang diikuti 7 orang anggota termasuk 1 orang perwira (Ltn KKO K Arifin) dengan mendatangkan pelatih dari Margahayu Bandung. Wingday dilakukan bersamaan dengan angkatan IX Para Dasar. Perlu diketahui bahwa payung yang digunakan saat itu masih tetap tipe D1 dari Rusia yang bukan payung untuk terjun bebas.

Pada saat upacara wing day 1 Free Fall, KKO Eddie mendapat hadiah 1 set perlengkapan terjun bebas termasuk parasut khusus Free Fall Jump Type dari Pangko. Suatu hal yang sangat disesalkan karena mereka belajar sendiri tanpa alat otomatis, maka penerjunan-penerjunan bebas alam tersebut sudah terbiasa membuka payungnya serendah mungkin dari tanah. Walaupun sudah diberi atau dilengkapi dengan alat otomatis tetapi tidak pernah dipakai karena sudah biasa tidak memakai alat otomatis.

Sumber: Buku Korps Komando AL Dari tahun Ke Tahun, Bagian Sejarah KKO AL, Jakarta 1971

  ★ jurnalmaritim  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...