Jumat, 20 Maret 2015

Saat Saksi Hidup Pertempuran di Mapu Melihat Rekannya Gugur Kala 'Ganyang Malaysia'

Kisah Perang Dwikora imagePelda (Purn) Soemadji★

Berbaju koko putih dan berpeci hitam, Pelda (Purn) Soemadji (77), mengenang rekannya yang gugur di pertempuran yang dilakoninya 50 tahun lalu di Plaman Mapu, Sarawak, Malaysia dalam Operasi 'Ganyang Malaysia' Dwikora. Rekannya itu, FX Soenardi usai menembak musuh dengan RPG Bren pada para militer Inggris, ternyata kena tembak.

"Ada suara 'Yesus...Yesus..Yesus...' Kemudian teman saya Sugimin saya senggol 'Min ada suara tentara Inggris mau mati itu, ada suara Yesus..Yesus'.

Kemudian direspons, rupanya Soenardi, 'Nggak ini..saya teman.. saya kena dada saya.. aku sudah nggak kuat lagi.. Ini senjata saya.. ini underbag saya..'," kisah Soemadji saat ditemui detikcom di RT 4 RW 7, Cijantung, Kelurahan Baru, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (17/3/2015) lalu.

Setelah mendengar lenguhan rekannya yang sekarat itu, Soemadji lantas mengambil 2 underbag milik Soenardi dan senjata RPG Bren yang dibawa Soenardi diambil rekannya, Sugimin. Saat itu, cuaca hujan deras di dalam hutan yang masih lebat. Soemadji dan Sugimin, sambil membopong Soenardi yang sudah menghembuskan nafas terakhir sampai salah mengira matahari yang ada di atas adalah bulan.

"Akhirnya kami sadar, kami sudah kesiangan. Saya sama Sugimin menggendong (jasad Soenardi), kena air hujan, darah keluar mengucur ke mana-mana, digendong itu melorot terus. Saya semakin kecut, helikopter musuh berputar-putar di atas kami. Untungnya bisa kami halau dengan senjata, dhuer-dhuer- dhuer! Jadi helinya nggak begitu berani. Waduh gawat, kalau kami lama-lama di sini karena jenazah ini, berbahaya, bisa-bisa pos musuh lain datang membantu mengejar kami. Akhirnya, jasad Soenardi kami tinggal," kenangnya.

Dalam misi pemunduran ini, akhirnya setelah menaruh jasad Soenardi, mengucapkan selamat tinggal dan memberi hormat pada jasadnya, Soemadji dan Sugimin mundur ke perbatasan Indonesia dalam kondisi heli-heli musuh beterbangan di atas kepala mereka. Setelah sampai di perbatasan dan masuk ke Indonesia, Soemadji melihat jasad rekannya diikat dan dibawa berputar-putar dengan helikopter.

"Tentara Inggris itu kurang ajar. Mereka mungkin ingin over acting, jasad Soenardi itu diikat tali digandulkan ke helikopter. Saya tembakkan senjata itu, heli itu menjauh," jelas dia.

Sedangkan dalam catatan eks Dan Kompi Benhur, Mayor Purn Oerip Soetjipto yang didapatkan dari Museum Pustaka Korps Baret Merah, Soenardi gugur karena menembak dengan senapan bren sambil berdiri. Berikut kesaksian Mayor Purn Oerip yang dituliskan:

Karena kemenangan dan rasa dendam akan kegagalan waktu yang lalu, maka dilampiaskanlah semuanya sehingga banyak anggota yang bertempur dengan berdiri tanpa menghiraukan tembakan-tembakan musuh. Pratu Soenardi menembak bren dengan berdiri sedangkan tembakan ini mudah dikenal oleh musuh karenanya langsung dibalas dan Pratu Sunardi gugur sebagai Kusuma Bangsa.

Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir, ia masih sempat menyebut kebesaran Tuhannya. Semopga arwahnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Saat Kompi Benhur mundur masing-masing, diketahui ada yang 2 hari berhasil kembali ke posko di Engkahan, ada yang 7 hari, 10 hari hingga 40 hari. Selain FX Soenardi yang diketahui gugur tertembak musuh, ada Tosari yang hilang.

"Ada yang hilang, Tosari. Dugaan saya, dia membawa senjata berat kemudian hilang terseret arus sungai. Arus sungainya deras sekali," tuturnya.

Sedangkan Mayor Purn Oerip menuliskan, Pratu Tosari penembak rocket launcher hilang pada waktu pasukan bergerak mundur, kemungkinan tersesat. Sedangkan dokumen lain dari Museum Pustaka Korps Baret Merah menyebutkan Tosari yang sebelumnya dilaporkan hilang, ternyata gugur.

Selain 2 rekannya yang gugur, Soemadji mengingat ada rekannya bernama Sugiri, yang untuk menghindari kejaran musuh, dia bersembunyi di bawah pohon bambu yang rimbun. Kondisi Sugiri saat itu, kepala bagian kiri terserempet peluru sehingga menyebabkan sebelah matanya buta.
image"Untung saat itu ada Kompi penutup dan cadangan yang melakukan pembersihan. Sugiri mendengar ada orang bercakap-cakap dalam bahasa Jawa. Dia, di bawah pohon bambu itu kemudian berteriak 'Aku nang keneee!' (Aku di sini-red). Dengan demikian dia ditemukan tim pembersih tadi," tutur Soemadji.

Ada pula rekannya yang bernama Kazin, tertembak di bagian dada sebelah kiri. Namun, dia masih selamat. "Kazin tertembak di dada kiri, itu tempatnya jantung kan ya. Ternyata dia masih hidup. Belakangan diketahui, jantungnya berada di sebelah kanan. Lucu ya," kenang veteran ini.

Mayor Oerip menuliskan, Pratu Kazin nyaris buta karena luka-lukanya di leher dan terpisah jauh dengan Kompi Benhur, akhirnya berhasil dibawa oleh Kompi Kenyung hingga ke basis yang aman. Sedangkan dokumen lain dari Museum Pustaka Korps Baret Merah menuliskan, bahwa Pratu Kazin mengalami luka berat, tidak kurang dari 10 peluru mengenai tubuhnya namun Tuhan masih melindunginya hingga bisa diselamatkan. Sedangkan Perwira Sejarah Kopassus Lettu Rosida, menegaskan, fakta 2 prajurit gugur di Mapu itu membantah klaim buku yang dituliskan penulis Inggris, bahwa ada 300 prajurit RPKAD berhasil ditewaskan. Buku yang dimaksud Rosida adalah "Para! 50 Years of Parachute Regiment" yang ditulis Peter Harclerode yang terbit tahun 1996 lalu. Di situ dituliskan klaim Pemerintah Inggris berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD di halaman 261, dan dibantah sendiri oleh sang penulis di halaman 265 bahwa diperkirakan yang tewas dari RPKAD adalah 2 prajurit.

"Mungkin Pemerintah Inggris juga menghitung gerilyawan yang kita latih saat Dwikora dan dianggap RPKAD. RPKAD saat itu melatih gerilyawan dari Kalimantan Utara untuk berperang dengan Malaysia," tutur Rosida saat mengantarkan detikcom di depan Sasana Kusuma Bangsa, Selasa lalu.

"Jadi, tidak benar bahwa ada 300 prajurit RPKAD yang gugur. Saya saksi hidupnya, yang gugur hanya 2 saat di Mapu," imbuh Soemadji di tempat terpisah, di rumahnya.

Sedangkan dalam buku "Britain's Secret War: The Indonesian Confrontation, 1962-66" yang ditulis Will Fowler di halaman 21, RPKAD dituliskan sebagai 'satuan yang tangguh dari Jawa di bawah pimpinan Letkol Sarwo Edhie Wibowo, yang memiliki aksi yang bagus di tahun 1950-an dan awal 1960-an, menikmati status elite sebagai penjaga kepercayaan rezim saat itu dengan peralatan yang bagus campuran dari negara Soviet dan Barat'.
imageSasana Kusuma Bangsa, semua prajurit RPKAD/Kopassus yang gugur akan diukir namanya di dinding ini.★

Dalam buku "Britain's Secret War" pula, diketahui, bahwa yang membawa jasad FX Soenardi bernama CSM Williams. Memang tidak disebutkan nama jasad dari prajurit RPKAD yang ditemukan Williams, namun kemungkinan besar seperti yang dituturkan Soemadji, jasad itu adalah FX Soenardi yang ditinggalkannya.

"Saat CSM Williams melakukan patroli pembersihan, dia menemukan satu orang Indonesia, yang dibunuhnya. Tak ada tanda-tanda musuh, hanya jejak darah yang banyak tumpah dan peralatan dan pakaian yang dibuang menuju perbatasan," demikian dituliskan Fowler di halaman 21.

Kini, nama FX Soenardi A dan Tosari terukir di dinding Sasana Kusuma Bangsa Mako Kopassus Cijantung, Jakarta Timur. Nama mereka terukir di dinding dengan pangkat anumerta Kopda, terukir gugur pada 27 April 1965. Dalam 2 tahun, dari 1964-1966 Operasi Dwikora di Kalimantan, di dinding itu terukir ada 21 prajurit RPKAD yang gugur.

 Korban Jiwa RPKAD dalam Konfrontasi Dwikora Kalimantan (1964–1966) 

PELTU E. SUKARNA NRP 303357
PELDA B. SUKARMAN NRP 134473
SERTU M. DANI NRP 337971
KOPKA RASMAN NRP 339668
KOPKA M. ILYAS NRP 339423
KOPKA JAMALUDIN MS. NRP 363013
KOPTU NUR SLAMET NRP 368300
KOPTU A. DAMHURI NRP 383429
KOPTU F. SUNARTO NRP 360555
KOPTU PAIMIN SARKO NRP 362943
KOPTU SUDARDI NRP 363357
KOPTU PAINO NRP 383103
KOPDA JANAB NRP 363303
KOPDA SUPARMAN NRP 363119
KOPDA IRPAN NRP 363337
KOPDA F.X. SUNARDI A. NRP 368160
KOPDA TOSARI NRP 368157
PRAKA TIMAN SUTARJI NRP 368267
PRAKA SUKIRMAN NRP 430928
PRATU ASHADI NRP 363374
PRATU HADI MARYO NRP 368303

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...