Kamis, 11 Desember 2014

Tiga Kopassus Cantik

Jago tembak, terjun & bela diri Bicara Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD pasti identik dengan para pria bertulang kawat dan berotot besi. Bukan apa-apa, untuk diterima di satuan elite ini jelas bukan hal mudah.

Anggota TNI AD diseleksi ketat. Setelah itu wajib mengikuti pendidikan Komando yang beratnya bikin merinding. Dari ratusan orang, kadang kurang dari setengahnya yang lolos.

Namanya pasukan khusus, setiap personelnya dituntut untuk punya prestasi. Baik di medan tempur atau di luar operasi non tempur.

Namun rupanya ada juga anggota Kopassus yang berparas cantik bak model. Tapi jangan pernah remehkan mereka. Lagi-lagi para wanita ini juga punya prestasi dan kemampuan tinggi.

Mereka punya kualifikasi terjun bebas. Jagoan menembak dan bela diri. Namanya Kopassus, ceweknya pun jagoan semua.

Pada merdeka.com mereka bercerita, seperti apa rasanya berada di tengah korps pasukan baret merah ini. Simak kisah mereka:
1. Sersan Eka si mantan model Sersan Dua Eka Patmawati

B
eberapa waktu lalu foto seorang wanita cantik dengan pakaian loreng darah mengalir dan baret merah beredar di sosial media. Banyak yang tidak percaya kalau wanita itu adalah anggota Kopassus sungguhan.

Ternyata wanita itu benar anggota Kopassus, namanya Sersan Dua Eka Patmawati. Dia mantan model sebuah majalah wanita. Demi jadi Kopassus, dia tinggalkan karir sebagai model.

Tak cuma cantik, Sersan Eka jago menembak dan terjun bebas alias freefall. Kemampuan freefall ini cuma dimiliki tentara di satuan elite. Komando!

"Saya baru selesai terjun bebas. Di Kopassus, wanita dituntut harus bisa semua," kata Sersan Eka saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (16/4).

Menurut Eka, menjadi anggota Kopassus sangat membanggakan. Apalagi pasukan ini disebut-sebut sebagai pasukan terbaik nomor tiga di dunia setelah Inggris dan Israel. Setiap prajurit pun dilatih untuk menjadi yang terbaik.

"Di sini kita dituntut untuk bisa berprestasi. Dari awal tes secara psikologi dan fisik, pastinya di Kopasus fisiknya harus lebih dari pada yang lainnya," jelasnya sambil tersenyum manis.

Menurut Eka tak ada perlakuan khusus untuk wanita. Semua harus jadi jagoan di baret merah.

Prajurit wanita juga diperlakukan sama baik secara pendidikan maupun keseharian dengan Kopassus Pria.

"Jadi, dalam menempuh Baret, dari namanya saja, berani, benar dan berhasil dari baret merah itu sendiri jadi membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Tidak hanya pria, kita Kowad Kopasus juga menunjukkan harus bisa seperti yang lainnya," tegas wanita berusia 24 tahun ini.
2. Sersan Ni Putu si juara terjun Serda Kowad Ni Putu Irma Purnama Dewi

T
ak banyak kaum hawa yang bernyali besar melakukan terjun freefall (terjun payung) dari ketinggian 8.000 feet. Namun, tidak bagi Serda Kowad, Ni Putu Irma Purnama Dewi.

Wanita kelahiran 5 September 1990 Dili Timor-Timor ini mengaku awalnya tergugah mencintai olahraga ekstrem tersebut tahun 2011. Kala itu dirinya tengah menyaksikan demo freefall dan langsung terkagum-kagum melihat para penerjun payung tersebut.

"Pertama kali saya tertarik saat lihat demo terjun payung, kayaknya asik juga kalau ikutan. Ya sudah saya putuskan 2011 ikutan latihan di Batujajar Kopassus selama 1 bulan," kata Ni Putu kepada merdeka.com ketika ditemui di Lapangan Gatot, Cijantung, Jakarta Timur, Minggu (7/12).

Namun, wanita yang akrab disapa Putu tersebut, mengaku sempat ketakutan dan sangat tegang ketika pertama kali mencoba latihan terjun payung.

Jerih payah dan tekadnya yang bulat membuat wanita ini tergabung di Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD) dan terbayarkan dengan segudang prestasi.

Prestasi paling anyar adalah Medali Emas Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat yang berlangsung di Kabupaten Bekasi bulan November lalu, dalam kategori akurasi ketinggian 4.000 feet. Selain itu wanita berparas manis ini juga pernah menyabet juara dunia junior CSIM di Solo September 2014.

Namun, dari begitu banyaknya prestasi yang ditorehkannya itu, Putu mengaku paling berkesan melakukan terjun payung di Aceh.

"Waktu di Aceh 17 Agustus 2013 kemarin itu baru ngerasain terjun pakai senjata dan dibawa kontainer. Karena memang disuruhnya seperti itu buat antisipasi adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Nah, waktu sebelum terjun sampai ngebayangin, nanti pas terjun gimana ya kalau tiba-tiba ada yang nembak," imbuh Putu.
3. Serda Desi, penakluk langit China Serda Kowad Dessy Alvionita

S
ersan Dua Dessy Alvionita, tidak menyangka kalau bisa menang di kejuaraan terjun payung di kota Qionglai, Cina,tahun lalu. Itulah kali pertama dara kelahiran Kutai Barat, Kalimantan Timur, 22 tahun lalu mengikuti event resmi.

"Sekalinya mengikuti kejuaraan resmi langsung harus menghadapi lawan dari 42 negara. Puji Tuhan, saya bisa menjadi pemenang ke-5 nomor perseorangan," ujar Dessy seperti ditulis kopassus.mil.id.

Dessy baru 1,5 tahun mulai belajar terjun payung. Total, dara ini sudah terjun sebanyak 3.272 kali. Buat Kopassus, angka itu masih terbilang minim.

Diam-diam ternyata Dessy juga seorang karateka. Dan sekarang sudah menyandang Dan Cokelat.

"Saya tinggal di kota kecil, jadi susah untuk bisa melanjutkan menjadi Dan Hitam karena keterbatasan sasana latihan karate," tegasnya.

Dari olahraga beladiri ini pula, Dessy juga berhasil mengharumkan kesatuan baret merah dengan menjuarai kelas min. 55 kg pada Panglima Cup 2 tahun lalu.

Dessy terus mengasah kemampuannya terjun payung. Lucunya, dalam sebuah latihan, angin kencang bertiup. Dessy terbawa angin hingga mendarat di perumahan warga.

"Ya, ke sana (ke tempat latihan) kembali naik taksi deh," ungkap Dessy.

  ★ Merdeka  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...